M35Post.com // Surabaya – Aliansi Madura Indonesia (AMI);akan menggelar aksi besar pada Kamis (17/7/2025) mendatang di depan Ibiza, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Dpmptsp) Jawa Timur, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Timur, Satpol PP Jawa Timur dan Polrestabes Surabaya.
Aksi ini ditujukan untuk mendesak manajemen Tempat Hiburan Malam (THM) Ibiza untuk bertanggung jawab penuh atas insiden pemukulan yang diduga dilakukan stafnya, meminta maaf secara terbuka, dan tidak lagi bersembunyi di balik kebohongan.
AMI menegaskan, masalah ini bukan hanya soal siapa yang memukul, tetapi soal siapa yang paling bertanggung jawab, yaitu kata AMI adalah manajemen Ibiza sendiri.
Baca juga : Aliansi Madura Indonesia Dukung Reformasi UU Ormas
Sebelumnya, Manajemen Taman Hiburan Ibiza mencoba menipu publik. Dalam insiden berdarah Minggu dini hari (13/7), seorang pengunjung bernama Ubay babak belur hingga dahi sobek.
Manajemen Ibiza ujar Aliansi Madura Indonesia dengan enteng menyebut pelaku adalah sesama pengunjung.
Pernyataan ini terbukti bohong setelah CCTV yang diputar penyidik memperlihatkan fakta sebenarnya: pemukulan dilakukan oleh orang-orang berbaju hitam, jelas petugas keamanan internal Ibiza.
Aliansi Madura Indonesia menyebut manajemen Ibiza tahu siapa pelaku sebenarnya sejak awal. Tapi mereka memilih bungkam, pura-pura tak tahu, dan berdalih seolah-olah mereka tak bertanggung jawab atas kekerasan brutal yang terjadi di dalam tempat usaha mereka sendiri.
Aliansi Madura Indonesia (AMI) menyebut kebohongan manajemen ini sebagai bentuk pelecehan terhadap publik.
Ketua Aliansi Madura Indonesia, Baihaki Akbar, SE, SH, menyatakan bahwa sikap bersembunyi manajemen hanyalah upaya untuk menyelamatkan citra bisnis mereka, sambil membiarkan korban menderita dan fakta ditutup-tutupi.
“Ini jelas bukan sekadar kelalaian, ini kebohongan yang disengaja. Manajemen berusaha menipu publik demi menutupi aib mereka sendiri. Ini sikap tidak punya tanggung jawab,” tegas Baihaki.
Menurut AMI, manajemen tidak hanya gagal mengendalikan stafnya, tetapi juga gagal bersikap transparan kepada publik. Padahal pengunjung yang datang membayar mahal untuk hiburan, bukan untuk dipukuli di bawah pengawasan mereka.
AMI juga menilai cara manajemen bersembunyi setelah bukti CCTV terungkap menunjukkan bahwa mereka lebih peduli pada keuntungan bisnis daripada keselamatan dan hak-hak pengunjung.
“Mereka pikir dengan diam dan menutup-nutupi, masalah selesai. Padahal justru publik makin muak dengan cara main kotor begini,” tambah Baihaki.(Slamet)